Thursday, May 17, 2012

Menguak Pesona Keindahan Gunung Tambora

Menguak Pesona 
Keindahan Gunung Tambora
Kawah Gunung Tambora (foto: forum.nationalgeographic.co.id)

Kabar meninggalnya Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo saat mendaki Gunung Tambora, beberapa waktu yang lalu, lantas menguak rasa ingin tahu seperti apa sebenarnya pesona keindahan gunung yang menjadi 'saksi' bisu sang profesor itu menghadap Sang Khalik?
Headline
Gunung Tambora secara administratif terletak di Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa, dan secara geografis terletak antara: 8o – 25 derajat LS dan 118o – 00 derajat BT dengan ketinggian antara 0-2.851 mdpl.
Gunung Tambora, Kawah Gunung Berapi Terbesar dari Sumbawa

Gunung tersebut merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara Wildlife Reserve dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Selatan Hunting Park dengan luas 30.000 hektar.


Pada dasarnya gunung setinggi 2.851 mdpl ini memang memiliki medan yang cukup ekstrim dan cukup berbahaya, namun banyak diminati para pendaki. Gunung ini menjanjikan pengalaman naik gunung yang berbeda, kemampuan fisik pendaki diuji selama kurang lebih 3 hari 2 malam untuk menaklukkan Gunung Tambora.


Selain itu para pendaki juga masih diuji dengan jalur pendakian yang dibilang ekstrem. Anda diharuskan melalui jalur puluhan kilometer yang sebagian besar bergelombang. 


Tak ketinggalan lubang-lubang besar menjadi tantangan tersendiri bagi para pendaki.
Walaupun berbagai kesulitan pendakian dihadapi oleh para pendaki, Gunung Tambora menyajikan keindahan alam yang tak tergantikan sepanjang jalur pendakian. Di bagian puncaknya, sebuah kawah besar dengan panorama spektakuler siap menanti kedatangan para pendaki.


Bila Anda tertarik menkalukkan gunung ini, ada beberapa hal yang perlu Anda ingat sebelum mendaki Tambora. Pertama tentu siapkan fisik.


Kedua, pastikan Anda mendaki antara Juli dan Agustus. Saat itu cuaca sekitar Tambora bisa dibilang cukup baik untuk pendakian. [berbagai sumber/mor]



Pesona Gunung Tambora
Selain bisa menikmati terbitnya Matahari yang menakjubkan dari puncak Gunung Tambora, Anda dapat menikmati suasana alami yang masih banyak dihuni beragam hewan terutama rusa. Ada pula babi hutan, sapi liar, kerbau, monyet, landak, biawak, musang, kura-kura. Ada juga berbagai jenis burung seperti kakaktua kepala putih, nuri merah, ayam hutan, elang, dan gagak.

Menuju ke Gunung Tambora


Ada tiga titik konsentrasi desa-desa yang berada di sekitar lereng Gunung Tambora. Disebelah timur adalah desa Sanggar, ke arah laut adalah desa Doro Peti dan desa Pesanggrahan, dan di barat adalah desa Calabai. 
Ada dua jalur pendakian untuk mencapai kaldera. Rute pertama dimulai dari desa Doro Mboha di tenggara gunung. 
Rute ini mengikuti jalan beraspal melalui mete perkebunan hingga mencapai 1.150 meter (3,800 kaki) di atas permukaan laut. Akhir dari rute ini adalah bagian selatan kaldera pada 1.950 meter (6.400 kaki), dapat dicapai melalui jalur hiking. 


Lokasi ini biasanya digunakan sebagai base camp untuk memantau aktivitas gunung berapi, karena hanya dalam waktu satu jam untuk mencapai kaldera. Rute kedua dimulai dari desa Pancasila di barat laut gunung. Dengan menggunakan rute kedua, maka kaldera hanya dapat diakses dengan berjalan kaki.
Jika ingin melakukan pendakian ke Gunung Tambora kami sarankan melalui jalur resmi, yaitu jalur yang kedua melewati Dusun Pancasila yang relatif lebih aman dari jalur lainnya, untuk menuju ke Dusun Pancasila dapat menggunakan kendaraan dari Cabang Banggo (baca: cabang Mbanggo) Kabupaten Sanggar dengan jarak tempuh kurang lebih dua jam 15 menit. Para pendaki sebaiknya menginap di basecamp Bapak Lewah, Kepala Dusun Pancasila, atau menginap di rumah Bapak M Yusuf (babe), seorang guide pendakian Gunung Tambora yang sangat berpengalaman mengenai seluk-beluk dan sejarahnya Gunung Tambora.


Dari Dusun Pancasila menuju ke Pos I dapat ditempuh selama satu jam, di Pos I tersebut terdapat sebuah pondok dan sekitar 20 meter terdapat mata air berbentuk sumur dengan airnya yang jernih, Kemudian dari Pos I menuju ke Pos II dapat di tempuh selama satu jam, di pos tersebut terdapat tempat datar untuk beristirahat dan sekitar lima meter dari tempat tersebut terdapat sungai kecil yang mengalirkan air jernih. Dari Pos II melanjutkan perjalanan kembali menuju ke Pos III dengan melalui hutan yang lebat dapat ditempuh selama tiga jam. Di Pos III tersebut ada tanah datar luas, terdapat pula pondok untuk tempat berteduh para pemburu rusa timor, adapun cara berburunya yaitu dengan menggunakan anjing sebagai pelacak dan menggunakan senapan laras panjang. Di Pos III tersebut merupakan mata air terakhir untuk mengambil air.


Dari Pos III menuju ke Pos IV melalui medan hutan lebat dan ditempuh selama satu jam, kemudian dari Pos IV menuju ke Pos V dapat ditempuh selama 30 menit, kemudian dari Pos V menuju ke Bibir Kawah dapat ditempuh selama dua jam, dengan melalui vegetasi yang beralih dari vegetasi hutan ke vegetasi Edelweiss dan dari vegetasi Edelweiss menuju padang pasir. Selama perjalanan kita akan menikmati keindahan alam yang menakjubkan dengan melalui jalur berpasir di kanan-kirinya melihat keunikan bunga Edelweiss yang berbeda dengan di gunung-gunung lain yaitu bunga tersebut sangat pendek sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan letaknya masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya jenis rerumputan dengan tinggi sekitar satu meter sampai 1,5 meter membentuk barisan-barisan.


Lama Perjalanan


Perjalanan pendakian menuju Gunung Tambora, bisa di rancang selama 2 (dua) hari perjalanan, konsekuensinya anda dan team tidak bisa leluasa dengan trek kebut jalur.


Hari 1. Dusun Pancasila – Pos 3
Hari 2. Pos 3 – Summit – Dusun Pancasila


Namun jika waktu memungkinkan, anda dan team bisa merancang waktu lebih optimal untuk 4 hari 3 Malam


Hari 1 [Dusun Pancasila - Pos 2]
Hari 2 [Pos 2 - Pos 5]
Hari 3 [Pos 5 - Puncak - Pos 2]
Hari 4 [Pos 2 - Dusun Pancasila]



Gunung Tambora: 
Kawah Raksasa dan Letusan Gunung Api yang Mendunia
 
Inilah sebuah gunung yang menakjubkan sekaligus menakutkan dalam sejarah letusan gunung api di bumi. Gunung Tambora yang kini setinggi 2.851 m dpl adalah gunung api yang masih aktif sekaligus menyodorkan panorama alam yang amat spetakuler dengan sejarah letusannya yang mendunia.


Gunung Tambora berlokasi di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat di antara Kabupaten Dompu (sebagian kaki sisi selatan hingga barat laut) dan Kabupaten Bima (lereng sisi selatan hingga barat laut dan kaki hingga puncak sisi timur hingga utara).


Kawasan Gunung Tambora terbagi menjadi dua lokasi konservasi yaitu: Tambora Utara (Wildlife Reserve) dengan luas 80.000 hektar dan Tambora Selatan (Hunting Park) seluas 30.000 hektar. Kawasan Gunung Tambora berwarna coklat diselimuti hutan lindung lebat. Perhatikan bagaimana perbedaan kontras kawasan gunung ini dengan alam sekitarnya.
Sebelum meletus pada April 1815, Gunung Tambora (Tomboro) adalah gunung api aktif tertinggi kedua setelah Puncak Jaya (Carstensz Piramid 4884 m dpl) di Papua. Sebelum meletus, Gunung Tambora memiliki ketinggian 4.300 m dpl tetapi setelah letusan dahsyat, separuh puncaknya gunungnya ambruk dan menyisakan ketinggian 2.851 m dpl dengan kaldera seluas 7 km, keliling 16 km, serta jarak antara puncak dengan dasar kawahnya sedalam 800 meter.


Peneliti gunung dunia menjuluki Tambora sebagai “The Greatest Crater in Indonesia” atau gunung api dengan kawah terbesar di Indonesia. Gunung Tambora juga telah menarik minat studi arkeologi dan biologi dari berbagai penjuru dunia.


Gunung Tambora mendominasi semenanjung utara Pulau Sumbawa seakan ingin menunjukan kepada siapa pun bagaimana dahsyat letusannya pada April 1815, lebih awal dari letusan Gunung Krakatau (1883). Saat Gunung Tambora bererupsi diyakini tiga kerajaan kecil di Pulau Sumbawa telah punah tak bersisa. Pada 2004, penggalian arkeologi menemukan sisa kebudayaan yang terkubur akibat letusan Tambora di kedalaman 3 meter dengan posisi sama ketika terjadi letusan sehingga temuan itu sering disebut sebagai Pompeii dari timur.


Sebuah catatan dari laman Wall Street Journal, Sabtu 24 April 2010, mengutarakan bahwa letusan Gunung Tambora di Sumbawa Indonesia pada 5 April 1815 sore adalah adalah bencana yang memengaruhi dunia saat itu. Letusannya saat itu mengguncangkan bumi hingga jarak ratusan mil dan berikutnya mengganggu pandangan ke langit karena kabut dan mengakibatkan gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia.


Kata ‘tambora’ menurut cerita rakyat berasal dari kata lakambore (bahasa Bima) yang artinya ‘mau kemana?’. Ada pula yang menyebutnya berasal dari dua kata yaitu ‘ta’ yang berarti mengajak dan ‘mbora’ yang artinya menghilang, kemudian maknanya diartikan sebagai ‘mengajak menghilang’.
Saat Tambora meletus, ia memuntahkan lelehan lava panas dengan batu berterbangan ke langit bersama gas mematikan yang telah menewaskan sekira 17.000 orang. Itu baru mulanya saja, berikutnya 400 juta ton gas sulfur menguasai langit hingga jauh di atas awan mencapai 27 mil tegak lurus ke strastofer. Kondisi itu telah mengubah siang hari menjadi gelap gulita. Debu tebalnya bahkan telah menyelimuti Pulau Bali dan mematikan vegetasinya.


Abu dan debu Tambora melayang dan menyebar mengelilingi dunia, menyobek lapisan tipis ozon, menetap di lapisan troposfer selama beberapa tahun kemudian turun melalui angin dan hujan ke Bumi. Hujan tanpa henti selama delapan minggu memicu epidemi tifus yang menewaskan 65.000 orang di Inggris. Letusan Gunung Tambora saat itu telah mengakibatkan karena gagal panen di China, Eropa, dan Irlandia dimana berikutnya berdampak pada kekurangan makanan bahkan memicu kerusuhan di Perancis.


Kenneth Spink, seorang pakar geologi mengungkapkan bahwa letusan Gunung Tambora menjadi salah satu pemicu yang mengubah sejarah Eropa dimana Napoleon Bonaparte mengalami kekalahan dari Inggris dan Prussia akibat musim dingin berkepanjangan dan kelaparan di Waterloo pada 1815. 
Tentaranya tidak mampu melawan hadangan cuaca buruk di Waterloo dimana semua kendaraan perang tidak bisa melaju akibat tanah licin berselimutkan salju. Abu tebal dari letusan Gunung Tambora bertebaran di atmosfer menghalangi jarak pandang pertempuran.


0 comments:

Post a Comment