Showing posts with label PENGETAHUAN UMUM. Show all posts
Showing posts with label PENGETAHUAN UMUM. Show all posts

Monday, June 11, 2012

Rahasia Dibalik Pesona Warna Celana Dalam Wanita


Rahasia Dibalik
Pesona Warna Celana Dalam Wanita
Sebuah perusahaan pakaian dalam asal AS mengadakan survei terhadap 100 responden wanita di setiap negara di dunia, perihal warna celana dalam (CD) terfavorit mereka, selain jenis bahan dan modelnya.


Ternyata hasilnya sedikit mengejutkan. Sebanyak 90% responden menjawab, bahwa mereka menyukai CD berwarna hitam, tanpa berpikir panjang lagi soal bahan dan modelnya. Alasan mereka memilih 'CD' warna hitam ternyata selain meningkatkan rasa percaya diri, responden mengaku merasa lebih seksi dan menggairahkan.
Berikut ini ialah Rahasia Dibalik Pesona Warna Celana Dalam Wanita :


Hitam, Ini adalah warna paling gelap dari yang lain untuk pakaian dalam perempuan. Paling cocok bagi kamu yang nggak suka tampil blak-blakan. Karakter misterius terpancar pada kegelapan warna hitam. Kecuali itu, hitam juga sangat representatif untuk sebuah penampilan yang elegan dan seksi.
Pink, Warna ini memang identik dengan kesan girlie dan feminim dapat diliat di toko online, butik online tentunya pada saat anda ingin belanja pakaian dalam dengan belanja Baju Wanita Terbaru & Model Baju Terbaru online .
Merah, Cermin tangguh dan independen. Selain mewakili keberanian dan kemandirian, merah juga sering dipandang sebagai warna yang seksi dan menggoda.
Biru, Mewakili kecerahan dan kenyamanan. Penyuka warna biru biasanya sangat menyukai ketenangan. Bila ingin merasa nyaman dan diterima tanpa harus tampil sangat percaya diri, dalaman warna biru bisa menjadi pilihan saat belanja pakaian dalam online.
Oranye, Perpaduan antara warna kuning dan merah ini identik dengan tipikal orang yang menyukai tantangan dan senang tampil sebagai pusat perhatian.
Kuning, Warna cerah ini melambangkan kecerdasan dan intelektual yang tinggi. Kuning juga sering diidentikkan dengan warna outdoor. Penyuka warna ini seorang yang optimis, tangguh, dan tahan banting.
Putih, Semua orang tahu warna satu ini identik dengan suci dan bersih. Putih juga termasuk warna paling aman selain hitam, karena bisa dipadu dengan segala warna.
Hijau, Sangat identik dengan alam dan segala yang berbau natural. Penggemar warna ini adalah penyuka hal-hal yang natural dan pencinta kedamaian tapi bukan berarti tidak menerima gangguan.



Tips Membeli Pakaian Dalam Untuk Wanita


https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFdrtEmpUePgYrcip4uaVlnFZYvq4z_ep6KlNjC1uMjGm4tFzQ-YV7lvWfOV-VHqlOJR_CQFFXAATMV5s2b6YOa1TwVOR3xx6Lzh7Sm4gErRDtE806AdAtrlW_l8qnsQZege7wRcF-tok/s1600/celana-dalam.jpg
Pengin memberikan sesuatu untuk pasangan? Tidak ada salahnya jika anda mebeli pakaian dalam untuknya.


Tapi jangan asal beli, berikut adalah tipsnya:


Banyak pria membelikan pakaian dalam untuk pasangannya. Namun, tidak sedikit pula yang salah dalam membeli.


Di bawah ini ada beberapa tips bagi Anda agar tidak salah dalam membeli pakaian dalam buat si dia.

  1. Anda harus tahu jenis-jenis pakaian dalam yang ada dan ketahui pakaian dalam favorit pasangan. Ada banyak sekali jenisnya. Anda harus mencari tahu pakaian mana yang dia sukai.
  2. Ketahuilah selera pasangan Anda. Jika dia tetap setia pada 1 atau 2 merk pakaian dalam, Anda juga harus tetap membelikannya pakaian dalam dengan merk tersebut.
  3. Ukuran juga menjadi hal yang penting. Anda harus benar-benar tahu ukuran pakaian dalam pasangan Anda. Tidak hanya untuk celana dalam, namun juga kaos dalam.
  4. Bahan pakaian dalam juga harus Anda perhatikan. Pilihlah pakaian dalam dengan bahan yang tidak terasa panas pada tubuh.

Silahkan mencoba dan curilah hati pasangan melalui pakaian dalam yang sesuai dengan hati si dia

Arti Warna Urine dan Kesehatan


Arti Warna Urine dan Kesehatan
Pissing Girl Painting - Pissing Girl Fine Art Print - Sierk Van Meeuwen

Air kencing memang bisa berubah-ubah, perubahan air kencing dipengaruhi oleh beberapa faktor,
faktor yang terpenting adalah kadar air di dalam tubuh kita.


Warna kencing bening memang warna normal, jika warna berubah menjadi kuning muda atau bahkan menjadi kuning tua itu artinya bahwa tubuh kita sudah mulai kurang cairan, mungkin konsumsi air yang kurang atau aktivitas yang banyak, karena cairan tubuh kita paling banyak dikeluarkan melalui kencing dan keringat.


Untuk mencegah agar kencing tidak kuning adalah dengan meminum air putih minimal 8 gelas sehari, ukuran itu disesuaikan dengan aktivitas kita sehari-hari.


Jika memang aktivitas kita extra maka kebutuhan cairan kita juga extra sehingga kita harus meminum air lebih dari biasanya. Perubahan warna air kencing itu bisa dijadikan paramater bahwa tubuh kita perlu asupan air.


Arti Warna Urine


Warna urine itu ada yang bening atau tidak berwarna, sedikit menguning, kekuningan, kuning, dan kuning pekat.

  1. Bening sekali, berarti harus minum air lebih dari cukup.
  2. Sedikit menguning, berarti sudah cukup meminum air putih.
  3. Kuning sekali, berarti jarang minum air putih (dehidrasi).

Penjelasan Tabel Pada Gambar
Semoga berguna untuk kita semua yang belum mengerti mengenai arti dibalik warna urine kita saat sedang buang air kecil. Dan jangan lupa, agar selalu mengkonsumsi air putih dalam sehari secukupnya.


Minum Air Putih
Manfaat minum air putih:


1. Menetralisir racun dalam tubuh
2. Membakar lemak
3. Membersihkan racun dalam ginjal
Minum air putih segar agar tetap sehat dan aktif, bukan minum air es. Untuk siapa saja yang suka minum air es (air dingin), mungkin sangat nikmat setelah makan, namun air es akan membekukan lemak yang baru saja kita konsumsi. Dengan membekunya lemak, maka akan memperlambat pencernaan.


Ketika lemak yang membeku ini bereaksi dengan asam, lemak akan dipecah dan diserap intestine lebih cepat dibanding makanan pada. Dengan cepat akan berubah menjadi lemak dan dapat menimbulkan kanker. Sangat disarankan untuk menkonsumsi sop panas atau air hangat setelah makan.


Hal ini sangat masuk akal, orang Chinese dan Jepang minum teh panas setelah makan, bukan air es. Dan saatnya bagi kita untuk mengadopsi kebiasaan tersebut.


Sumber : aakonseling.wordpress.com, berbagai sumber lainnya

Sabun Dari Bekas Lemak Manusia Karya Gianni Motti



Sabun Dari Bekas Lemak Manusia Karya Gianni Motti



Operasi sedot lemak biasanya hanya bertujuan untuk mengurangi berat badan. Akan tetapi, di tangan seorang seniman asal Swiss, lemak yang dibuang lewat operasi tersebut, dimanfaatkan menjadi sebuah sabun.

http://artoftheprank.com/blog/wp-content/uploads/2008/03/soap-200.jpgDikutip dari Telegraph, Minggu (10/10/2010), sabun tersebut kini tengah dipamerkan di Migros Museum of Contemporary Art. Nyaris tak ada yang istimewa, bentuk sabun itu hanya batangan berwarna putih, seperti layaknya sabun mandi biasa.


Yang membuatnya penuh sensasi adalah bahan baku yang digunakan, yakni lemak manusia. Bukan sembarang manusia, lemak tersebut bahkan diambil dari seorang tokoh terpandang dunia, yakni Perdana Menteri Italia, Silvio Berlusconi.


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/05/Mani_Pulite_by_Gianni_Motti_-_Art_Basel_Basilea_June_2005.jpg
Gianni Motti, Mani Pulite 2005, Soap, Berlusconi`s Fat


Gianni Motti, seniman asal Swiss yang membuat sabun lemak manusia itu mengaku, mendapatkan lemak Berlusconi dari sebuah klinik di Swiss. Kabarnya, Berlusconi pernah melakukan sedot lemak di klinik tersebut sekitar tahun 2004.


Sabun yang akan dipamerkan untuk umum, hingga 28 November 2010 ini, memang tidak benar-benar digunakan untuk mandi atau cuci tangan. Sejak dibeli kolektor pada 2005 seharga 15.000 Euro, sabun ini membawa pesan antikorupsi dan mafia untuk Berlusconi, lewat slogan kampanye 'Tangan Bersih'.


Lagipula klaim sang seniman, bahwa sabun itu berasal dari lemak Berlusconi dinilai agak sumir (tidak jelas). Sebab hingga kini, klinik yang dimaksud selalu membantah telah memberikan lemak manusia untuk dibuat menjadi sabun.
http://ead.nb.admin.ch/web/biennale/bi05/werke/shadows/m_mot01.jpg
Gianni Motti
"Clean Hands" - Photo, Migros Contemporary Art Museum
Motti’s 2005 work called Mani Pulite or “Clean Hands,” makes reference to Italy’s “Clean Hands campaign,” a judicial investigation into political corruption in the 1990s.


Meski demikian, membuat sabun dari lemak manusia memang dimungkinkan dengan reaksi kimia yang disebut saponifikasi. Reaksi ini melibatkan asam lemak baik berupa lemak nabati maupun hewani, dengan larutan khusus yang bersifat basa atau alkali.


Jika sabun dengan bahan dari lemak manusia ini beredar di pasaran, apakah kamu ingin membelinya dan menggunakannya ketika sedang mandi atau mencuci tangan sebelum makan? (",)v


Sumber : health.detik.com, artoftheprank.com, berbagai sumber lainnya

Sabun yang terbuat dari mayat manusia

Sabun yang terbuat dari mayat manusia
lambang NAZI.....
Pada masa perang dunia 2 dipercaya bahwa Nazi telah memproduksi sabun2 yang bahan dasarnya terbuat dari mayat manusia Yahudi yang berasal dari kamp2 konsentrasi Nazi. Yad Vashed Memorial mengklaim bahwa sebenarnya Nazi tidak melakukan hal demikian. Akan tetapi, banyak bukti yang cukup kredibel akan rumor ini, salah satunya lab riset Nazi yang dipercaya sebagai lab pengujian sabun ini.

Di Inggris, rumor ini sudah beredar sejak perang dunia 1. Koran The Times melaporkan bahwa tentara - tentara Jerman telah menggunakan tubuh - tubuh prajurit mereka untuk diambil lemaknya yang diperkirakan digunakan untuk membuat sabun. Akan tetapi, pada tahun 1925 sekretariat asing Inggris Sir Austen Chamberlain mengatakan bahwa berita itu salah.
Inilah lemak manusia, sepintas kaya permen yah......

RIF soapRumor mengenai sabun yang dibuat dari tahanan kamp konsentrasi Nazi juga beredar selama perang dunia 2. Jerman pada masa itu sedang kekurangan bahan lemak, dan pembuatan sabun pun dialihkan ke pemerintah lokal mereka. Rumor ini beredar karena pada sabun produksi Jerman tertulis huruf RIF (Reish-Juden-Fett) yang berarti "Lemak Orang Yahudi". Padahal, RIF itu sendiri merupakan singkatan dari Reichstelle fur Industrielle Fettversorgung yang berarti "Ketentuan Produksi Jerman". Orang Jerman pun juga mengetahui isu ini. 


Pimpinan SS masa itu, Heinrich Himmler pun menerima satu surat entah dari siapa yang mengatakan bahwa tahanan kamp konsentrasi telah "direbus hingga menjadi sabun". Himmler ternyata juga cukup terganggu dengan isu ini, dan akhirnya mengeluarkan kebijakan bahwa setiap mayat harus segera dibakar.


Pada saat pengadilan Nuremberg, Sigmund Mazur, asisten laboratorium Nazi  mengklaim bahwa 70 sampai 80 kilogram lemak yang dikumpulkan dari 40 tubuh manusia dapat membuat 25 kilogram sabun, dan sabun yang telah dibuat telah dibawah kuasa penuh Profesor Rudolf Spanner. Para tahanan perang Inggris menjadi saksi atas perbuatan ini. Lain lagi dari Thomas Blatt. Orang yang selamat dari holocaust yang menginvestigasi kasus ini mengklaim ia telah menemukan peti dokumen dan tak ada bukti soal lemak manusia, tetapi disitu disimpulkan bahwa adanya sebentuk eksperimen sabun. Lalu di dokumen itu ada sebuah resep. Isi resep itu:


"5 kilogram lemak manusia disatukan dengan 10 liter air dan 500 atau 1000 gram soda. Campuran ini lalu direbus selama 2-3 jam lalu dibekukan. Luapan sabun akan muncul di permukaan dan bahan sisanya akan tetap di bawah. Tambahkan sedikit garam dan soda ke campuran ini. Lalu tambahkan lagi air segar dan rebus selama 2-3 jam. Setelah didinginkan, bahan ini lalu dicetak"


Ada bukti lain yang menjelaskan adanya produksi sabun skala kecil, dan kemungkinan besar eksperimen, di kamp konsentrasi Stutthoff. Sejarawan holocaust juga membenarkan bukti ini.


Alexander Wreth, penulis buku Russia at War 1941-1945, mengaku bahwa ia telah melihat eksperimen sabun mayat Nazi di Danzig/Gdansk.


Heinrich Himmler juga sempat mengeluarkan quote kontroversial yang ditujukan untuk ajudannya. Ini bunyinya, 


"you have guaranteed me that at every site the corpses of these deseased Jews are either burned or buried, and that no site anything else can happen with the corpses"


Tahun 2006 juga telah diadakan uji bahan terhadap sampel sabun ini oleh profesor Andrzej Stolyhwo, yang membuktikan adanya bahan dari lemak manusia.
Setelah perang, berita ini pun ramai dibicarakan oleh para "survivor" holocaust.
Nuremberg exhibit - USSR-393
Ada yang punya cerita lengkapnya .....???
karean begitu indahnya berbagi informasi..

Anggrek Monyet (Dracula simia)

Anggrek Monyet (Dracula simia)
Alam tidak memerlukan penonton. Anggrek yang datang dari hutan tenggara Ekuador dan Peru di ketinggian dari 1000 sampai 2000 meter dan sepanjang sejarah, tidak banyak orang yang pernah melihat mereka. Namun, berkat para kolektor pemberani, kita bisa melihat Anggrek Monyet yang indah ini. Tidak perlu banyak imajinasi untuk memberinya nama....





Kingdom: Plantae
Division: Magnoliophyta
Class: Liliopsida
Order: Asparagales
Family: Orchidaceae
Subfamily: Epidendroideae
Tribe: Epidendreae
SubTribe: Pleurothallidinae
Genus: Dracula
Species: Drac. simia


Nama ilmiahnya adalah Dracula simia, kata terakhir menunjuk pada fakta bahwa anggrek luar biasa ini memiliki kemiripan dengan wajah monyet. Dracula (genus) bagian depan dari namanya mengacu pada karakteristik yang aneh dari dua taji sepal yang panjang, mengingatkan pada taring seorang bangsawan Transylvania dari film fiksi yang terkenal.




Bunga anggrek ini diberi nama pada tahun 1978 oleh ahli botani Luer tetapi berada dalam family yang berisi lebih dari 120 spesies sebagian besar ditemukan di Ekuador. Di pegunungan yang berkabut, anggrek monyet ini dapat berbunga setiap saat - tidak memiliki musim. Aromanya menyerupai jeruk matang.




Contoh yang terlihat di sini semua adalah hasil budidaya - meskipun masih sangat langka di 'penangkaran'. Namun bagi mereka yang cukup beruntung untuk memilikinya, jika disimpan cukup dingin dan di tempat teduh anggrek ini dapat berkembang dan berbunga. Seperti semua anggrek, bagaimanapun, perlu banyak perawatan dan kesabaran - sehingga Anda mungkin ingin mempertimbangkan kaktus sebagai gantinya!


Source

Arjuna/ Harjuna/ Permadi/ Jlamprong/ Parta/ Janaka/ Dananjaya,/ Pandusiwi/ Palguna


Arjuna/ Harjuna/ dan KISAHnya
2
Salah satu foto yang di ambil saat pentas wayang kulit di gedung Taman Budaya Surakarta, foto ini mempunyai nilai artistik yang tinggi dari segi pencahayaan dan sudut pengambilan gambar yang sempurna



Arjuna/ Harjuna/ Permadi/ Jlamprong/ Parta/ Janaka/ Dananjaya,/ Pandusiwi/ Palguna adalah putra Prabu Pandudewanata, raja negara Astinapura dengan Dewi Kunti putri Prabu Basukunti, raja negara Mandura.

Arjuna merupakan anak ke-tiga dari lima bersaudara yang biasa disebut dengan Pandawa Lima. disamping itu Arjuna juga merupakan seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu.



Arjuna (Sanskerta: अर्जुन; Arjuna) adalah nama seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dikenal sebagai sang Pandawa yang menawan parasnya dan lemah lembut budinya. Ia adalah putra Prabu Pandudewanata, raja di Hastinapura dengan Dewi Kunti atau Dewi Prita, yaitu putri Prabu Surasena, Raja Wangsa Yadawa di Mandura.

Arjuna merupakan teman dekat Kresna, yaitu awatara (penjelmaan) Batara Wisnu yang turun ke dunia demi menyelamatkan dunia dari kejahatan. Arjuna juga merupakan seorang yang sempat menyaksikan "wujud semesta Kresna" menjelang perang Bharatayuddha berlangsung. Ia juga menerima ajaran Bhagawadgita atau "Nyanyian Dewata", yaitu wejangan suci yang disampaikan oleh Kresna kepadanya sesaat sebelum perang Bharatayuddha berlangsung karena Arjuna mengalami keragu-raguan untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang Ksatria dimedan perang.


Arti nama

Dalam bahasa Sanskerta, secara harfiah kata Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran".
Arjuna mendapat julukan "Kuruśreṣṭha" yang berarti "keturunan dinasti Kuru yang terbaik". Ia merupakan manusia pilihan yang mendapat kesempatan untuk mendapat wejangan suci yang sangat mulia dari Kresna, yang terkenal sebagai Bhagawadgita (nyanyian Dewata).

Ia memiliki sepuluh nama: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi (juga disamakan dengan Sabyasachi), dan Dhananjaya. Ketika ia ditanya tentang sepuluh namanya sebagai bukti identitas, maka ia menjawab:

Sepuluh namaku adalah: Arjuna, Phālguna, Jishnu, Kirti, Shwetawāhana, Wibhatsu, Wijaya, Pārtha, Sawyashachi dan Dhananjaya. Aku dipanggil Dhananjaya ketika aku menaklukkan seluruh raja pada saat Yadnya Rajasuya dan mengumpulkan harta mereka. Aku selalu bertarung sampai akhir dan aku selalu menang, itulah sebabnya aku dipanggil Wijaya. Kuda yang diberikan Dewa Agni kepadaku berwarna putih, itulah sebabnya aku dipanggil Shwetawāhana. Ayahku Indra memberiku mahkota indah ketika aku bersamanya, itulah sebabnya aku dipanggil Kriti. Aku tidak pernah bertarung dengan curang dalam pertempuran, itulah sebabnya aku dipanggil Wibhatsu. Aku tidak pernah menakuti musuhku dengan keji, aku bisa menggunakan kedua tanganku ketika menembakkan anah panah, itulah sebabnya aku disebut Sawyashachī. Raut wajahku unik bagaikan pohon Arjun, dan namaku adalah "yang tak pernah lapuk", 

itulah sebabnya aku dipanggil Arjuna. Aku lahir di lereng gunung Himawan, di sebuah tempat yang disebut Satsringa pada hari ketika bintang Uttarā Phālgunī berada di atas, itulah sebabnya aku disebut Phālguna. Aku disebut Jishnu karena aku menjadi hebat ketika marah. Ibuku bernama Prithā, sehingga aku disebut juga Pārtha. Aku bersumpah bahwa aku akan menghancurkan setiap orang yang melukai kakakku Yudistira dan menaburkan darahnya di bumi. Aku tak bisa ditaklukkan oleh siapa pun.


Kelahiran
Dalam Mahabharata diceritakan bahwa Raja Hastinapura yang bernama Pandu tidak bisa melanjutkan keturunan karena dikutuk oleh seorang resi. Kunti (istri pertamanya) menerima anugerah dari Resi Durwasa agar mampu memanggil Dewa-Dewa sesuai dengan keinginannya, dan juga dapat memperoleh anak dari Dewa tersebut. Pandu dan Kunti memanfaatkan anugerah tersebut kemudian memanggil Dewa Yama (Dharmaraja; Yamadipati), Dewa Bayu (Marut), dan Dewa Indra (Sakra) yang kemudian memberi mereka tiga putra. Arjuna merupakan putra ketiga, lahir dari Indra, pemimpin para Dewa.

Sifat dan kepribadian

Arjuna memiliki karakter yang mulia, berjiwa kesatria, imannya kuat, tahan terhadap godaan duniawi, gagah berani, dan selalu berhasil merebut kejayaan sehingga diberi julukan "Dananjaya". Musuh seperti apapun pasti akan ditaklukkannya, sehingga ia juga diberi julukan "Parantapa", yang berarti penakluk musuh. Di antara semua keturunan Kuru di dalam silsilah Dinasti Kuru, ia dijuluki "Kurunandana", yang artinya putra kesayangan Kuru. Ia juga memiliki nama lain "Kuruprāwira", yang berarti "kesatria Dinasti Kuru yang terbaik", sedangkan arti harfiahnya adalah "Perwira Kuru".

Di antara para Pandawa, Arjuna merupakan kesatria pertapa yang paling teguh. Pertapaannya sangat khusyuk. Ketika ia mengheningkan cipta, menyatukan dan memusatkan pikirannya kepada Tuhan, segala gangguan dan godaan duniawi tak akan bisa menggoyahkan hati dan pikirannya. Maka dari itu, Sri Kresna sangat kagum padanya, karena ia merupakan kawan yang sangat dicintai Kresna sekaligus pemuja Tuhan yang sangat tulus. Sri Kresna pernah berkata padanya, "Pusatkan pikiranmu pada-Ku, berbaktilah kepada-Ku, dan serahkanlah dirimu pada-Ku, maka kau akan datang kepada-Ku. Aku berkata demikian, karena kaulah kawan-Ku yang sangat Kucintai".


Masa muda dan pendidikan
Arjuna dididik bersama dengan saudara-saudaranya yang lain (para Pandawa dan Korawa) oleh Bagawan Drona. Kemahirannya dalam ilmu memanah sudah tampak semenjak kecil. Pada usia muda ia sudah mendapat gelar "Maharathi" atau "kesatria terkemuka". Ketika Guru Drona meletakkan burung kayu pada pohon, ia menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian ia menanyakan kepada muridnya apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak muridnya yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Guru Drona menanyakan apa yang ia lihat. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Guru Drona kagum bahwa Arjuna sudah pintar.

Pada suatu hari, ketika Drona sedang mandi di sungai Gangga, seekor buaya datang mengigitnya. Drona dapat membebaskan dirinya dengan mudah, namun karena ia ingin menguji keberanian murid-muridnya, maka ia berteriak meminta tolong. Di antara murid-muridnya, hanya Arjuna yang datang memberi pertolongan. Dengan panahnya, ia membunuh buaya yang menggigit gurunya. Atas pengabdian Arjuna, Drona memberikan sebuah astra yang bernama "Brahmasirsa". Drona juga mengajarkan kepada Arjuna tentang cara memanggil dan menarik astra tersebut. Menurut Mahabharata, Brahmasirsa hanya dapat ditujukan kepada dewa, raksasa, setan jahat, dan makhluk sakti yang berbuat jahat, agar dampaknya tidak berbahaya.


Pusaka
Arjuna memiliki senjata sakti yang merupakan anugerah para dewata, hasil pertapaannya. Ia memiliki panah Pasupati pemberian Dewa Siwa yang digunakannya untuk mengalahkan Jayadrata dan Karna dalam Bharatayuddha. Busurnya bernama Gandiwa, pemberian Dewa Baruna ketika ia hendak membakar hutan Kandawa. Ia juga memiliki sebuah terompet kerang (sangkala) bernama Dewadatta, yang berarti "anugerah Dewa".

Arjuna mendapatkan Dropadi

Pada suatu ketika, Raja Drupada dari Kerajaan Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi, puterinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Kesatria yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, berhak mendapatkan Dropadi.


Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi.
Berkas:Ravi Varma-Arjuna and Subhadra.jpg
Arjuna dan Subadra.
Lukisan India karya Raja Ravi Varma.

Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka berkata, "Ibu, engkau pasti tidak akan percaya dengan apa yang kami bawa!". Kunti (Ibu para Pandawa) yang sedang sibuk, menjawab "Bagi dengan rata apa yang sudah kalian peroleh". Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka para Pandawa bersepakat untuk membagi Dropadi sebagai istri mereka. Mereka juga berjanji tidak akan mengganggu Dropadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama 1 tahun.


Perjalanan menjelajahi Bharatawarsha
Pada suatu hari, ketika Pandawa sedang memerintah kerajaannya di Indraprastha, seorang pendeta masuk ke istana dan melapor bahwa pertapaannya diganggu oleh para raksasa. Arjuna yang merasa memiliki kewajiban untuk menolongnya, bergegas mengambil senjatanya. Namun senjata tersebut disimpan di sebuah kamar dimana Yudistira dan Dropadi sedang menikmati malam mereka. Demi kewajibannya, Arjuna rela masuk kamar mengambil senjata, tidak memedulikan Yudistira dan Dropadi yang sedang bermesraan di kamar. Atas perbuatan tersebut, Arjuna dihukum untuk menjalani pembuangan selama 1 tahun.

Arjuna menghabiskan masa pengasingannya dengan menjelajahi penjuru Bharatawarsha atau daratan India Kuno. Ketika sampai di sungai Gangga, Arjuna bertemu dengan Ulupi, puteri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanannya menuju wilayah pegunungan Himalaya. Setelah mengunjungi sungai-sungai suci yang ada di sana, ia berbelok ke selatan. Ia sampai di sebuah negeri yang bernama Manipura. Raja negeri tersebut bernama Citrasena. Ia memiliki seorang puteri yang sangat cantik bernama Citrānggadā. Arjuna jatuh cinta kepada puteri tersebut dan hendak menikahinya, namun Citrasena mengajukan suatu syarat bahwa apabila puterinya tersebut melahirkan seorang putra, maka anak puterinya tersebut harus menjadi penerus tahta Manipura oleh karena Citrasena tidak memiliki seorang putra. Arjuna menyetujui syarat tersebut. Dari hasil perkawinannya, Arjuna dan Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah beberapa bulan tinggal di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura.
Berkas:Dwarka.jpg
Ilustrasi mengenai Kerajaan Dwaraka, kediaman Kresna di daerah Gujarat, dimana Arjuna bertemu dengan Subadra. Lukisan dari kitab Hariwangsa, dibuat sekitar abad ke-16.

Setelah meninggalkan Manipura, ia meneruskan perjalanannya menuju arah selatan. Dia sampai di lautan yang mengapit Bharatawarsha di sebelah selatan, setelah itu ia berbelok ke utara. Ia berjalan di sepanjang pantai Bharatawarsha bagian barat. Dalam pengembaraannya, Arjuna sampai di pantai Prabasa (Prabasatirta) yang terletak di dekat Dwaraka, yang kini dikenal sebagai Gujarat. Di sana ia menyamar sebagai seorang pertapa untuk mendekati adik Kresna yang bernama Subadra, tanpa diketahui oleh siapa pun. Atas perhatian dari Baladewa, Arjuna mendapat tempat peristirahatan yang layak di taman Subadra. Meskipun rencana untuk membiarkan dua pemuda tersebut tinggal bersama ditentang oleh Kresna, namun Baladewa meyakinkan bahwa peristiwa buruk tidak akan terjadi. Arjuna tinggal selama beberapa bulan di Dwaraka, dan Subadra telah melayani semua kebutuhannya selama itu. Ketika saat yang tepat tiba, Arjuna menyatakan perasaan cintanya kepada Subadra. Pernyataan itu disambut oleh Subadra. Dengan kereta yang sudah disiapkan oleh Kresna, mereka pergi ke Indraprastha untuk melangsungkan pernikahan.

Baladewa marah setelah mendengar kabar bahwa Subadra telah kabur bersama Arjuna. Kresna meyakinkan bahwa Subadra pergi atas kemauannya sendiri, dan Subadra sendiri yang mengemudikan kereta menuju Indraprastha, bukan Arjuna. Kresna juga mengingatkan Baladewa bahwa dulu ia menolak untuk membiarkan kedua pasangan tersebut tinggal bersama, namun usulnya ditentang oleh Baladewa. Setelah Baladewa sadar, ia membuat keputusan untuk menyelenggarakan upacara pernikahan yang mewah bagi Arjuna dan Subadra di Indraprastha. Ia juga mengajak kaum Yadawa untuk turut hadir di pesta pernikahan Arjuna-Subadra. Setelah pesta pernikahan berlangsung, kaum Yadawa tinggal di Indraprastha selama beberapa hari, lalu pulang kembali ke Dwaraka, namun Kresna tidak turut serta.


Terbakarnya hutan Kandawa
Pada suatu ketika, Arjuna dan Kresna berkemah di tepi sungai Yamuna. Di tepi hutan tersebut terdapat hutan lebat yang bernama Kandawa. Di sana mereka bertemu dengan Agni, Dewa Api. Agni berkata bahwa hutan Kandawa seharusnya telah musnah dilalap api, namun Dewa Indra selalu menurunkan hujannya untuk melindungi temannya yang bernama Taksaka, yang hidup di hutan tersebut. Maka, Agni memohon agar Kresna dan Arjuna bersedia membantunya menghancurkan hutan Kandawa. Kresna dan Arjuna bersedia membantu Agni, namun terlebih dahulu mereka meminta Agni agar menyediakan senjata kuat bagi mereka berdua untuk menghalau gangguan yang akan muncul. Kemudian Agni memanggil Baruna, Dewa Lautan. Baruna memberikan busur suci bernama Gandiwa serta tabung berisi anak panah dengan jumlah tak terbatas kepada Arjuna. Untuk Kresna, Baruna memberikan Cakra Sudarsana. Dengan senjata tersebut, mereka berdua menjaga agar Agni mampu melalap hutan Kandawa sampai habis.


Arjuna dalam masa pencapaian sorga
Berkas:Arjuna dan Siwa.jpg
Relief Arjuna dan Siwa pada candi Surawana (Surowono), Jawa Timur. 
Di sini tampak Arjuna dan Siwa yang menyamar sebagai pemburu, sedang bertengkar mengenai siapa yang telah memanah babi hutan.

Setelah Yudistira kalah bermain dadu, para Pandawa beserta Dropadi mengasingkan diri ke hutan. Kesempatan tersebut dimanfa'atkan oleh Arjuna untuk bertapa demi memperoleh kesaktian dalam peperangan melawan para sepupunya yang jahat. Arjuna memilih lokasi bertapa di gunung Indrakila. Dalam usahanya, ia diuji oleh tujuh bidadari yang dipimpin oleh Supraba, namun keteguhan hati Arjuna mampu melawan berbagai godaan yang diberikan oleh para bidadari.
Para bidadari yang kesal kembali ke kahyangan, dan melaporkan kegagalan mereka kepada Dewa Indra. Setelah mendengarkan laporan para bidadari, Indra turun di tempat Arjuna bertapa sambil menyamar sebagai seorang pendeta. Dia bertanya kepada Arjuna, mengenai tujuannya melakukan tapa di gunung Indrakila. Arjuna menjawab bahwa ia bertapa demi memperoleh kekuatan untuk mengurangi penderitaan rakyat, serta untuk menaklukkan musuh-musuhnya, terutama para Korawa yang selalu bersikap jahat terhadap para Pandawa. Setelah mendengar penjelasan dari Arjuna, Dewa Indra menampakkan wujudnya yang sebenarnya. Dia memberikan anugerah kepada Arjuna berupa senjata sakti.
Setelah mendapat anugerah dari Dewa Indra, Arjuna memperkuat tapanya ke hadapan Dewa Siwa. Dewa Siwa yang terkesan dengan tapa Arjuna kemudian mengirimkan seekor babi hutan berukuran besar. Ia menyeruduk gunung Indrakila hingga bergetar. Hal tersebut membuat Arjuna terbangun dari tapanya. Karena ia melihat seekor babi hutan sedang mengganggu tapanya, maka ia segera melepaskan anak panahnya untuk membunuh babi tersebut. Di saat yang bersamaan, Dewa Siwa datang dan menyamar sebagai pemburu, turut melepaskan anak panah ke arah babi hutan yang dipanah oleh Arjuna. Karena kesaktian Sang Dewa, kedua anak panah yang menancap di tubuh babi hutan itu menjadi satu.
Berkas:Arjuna celestials.jpg
Lukisan dari Himachal Pradesh yang dibuat sekitar abad ke-19, menggambarkan adegan saat Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan..

Pertengkaran hebat terjadi antara Arjuna dan Dewa Siwa yang menyamar menjadi pemburu. Mereka sama-sama mengaku telah membunuh babi hutan siluman, namun hanya satu anak panah saja yang menancap, bukan dua. Maka dari itu, Arjuna berpikir bahwa si pemburu telah mengklaim sesuatu yang sebenarnya menjadi hak Arjuna. Setelah adu mulut, mereka berdua berkelahi. Saat Arjuna menujukan serangannya kepada si pemburu, tiba-tiba orang itu menghilang dan berubah menjadi wujud aslinya yaitu Dewa Siwa. Arjuna meminta ma'af kepada Sang Dewa karena ia telah berani melakukan tantangan. Dewa Siwa tidak marah kepada Arjuna, justru sebaliknya ia merasa kagum. Atas keberaniannya, Dewa Siwa memberi anugerah berupa panah sakti bernama "Pasupati".

Setelah menerima anugerah tersebut, Arjuna dijemput oleh para penghuni kahyangan untuk menuju kediaman Dewa Indra, raja para dewa. Di sana Arjuna menghabiskan waktu selama beberapa tahun. Di sana pula Arjuna bertemu dengan bidadari Urwasi. Karena Arjuna tidak mau menikahi bidadari Urwasi, maka Urwasi mengutuk Arjuna agar menjadi banci.

Kutukan itu dimanfaatkan oleh Arjuna pada saat para Pandawa menyelesaikan hukuman pembuangan mereka dalam hutan. Sesuai dengan perjanjian yang sah, Pandawa harus hidup dalam penyamaran selama satu tahun. Pandawa beserta Dropadi menuju ke kerajaan Wirata. Di sana Arjuna menyamar sebagai guru tari yang banci, dengan nama samaran Brihanala. Meskipun demikian, Arjuna telah berhasil membantu putra mahkota kerajaan Wirata, yaitu pangeran Utara, dengan menghalau musuh yang hendak menyerbu kerajaan Wirata.


Meletusnya perang
Setelah menjalani masa pembuangan selama 13 tahun para Pandawa ingin memperoleh kembali kerajaannya. Namun ketika sampai di sana, hak mereka ditolak dengan tegas oleh Duryodana, bahkan ia menantang untuk berperang. Demi kerajaannya, para Pandawa menyetujui untuk melakukan perang.

Arjuna menerima Bhagawadgita
Berkas:Arjuna chooses Krishna.jpg
Arjuna memilih Kresna daripada tentara Kresna. 
Lukisan dari Himachal Pradesh, sekitar akhir abad ke-18.

Kresna, adik Baladewa, tidak ingin terlibat langsung dalam peperangan antara Pandawa dan Korawa. Ia ingin salah satu pihak memilih tentaranya, sedangkan pihak yang lain memilihnya sebagai penasihat. Akhirnya, Duryodana memilih tentaranya, sedangkan Arjuna memilih Kresna sebagai kusir keretanya selama delapan belas hari pertarungan di Medan Kuru atau Kurukshetra. Dalam Mahabharata, peran Kresna sebagai kusir bermakna "pemandu" atau "penunjuk jalan", yaitu memandu Arjuna melewati segala kebimbangan hatinya dan menunjukkan jalan kebenaran kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang diuraikan Kresna kepada Arjuna disebut Bhagawadgita.

Hal itu bermula beberapa saat sebelum perang di Kurukshetra. Arjuna melakukan inspeksi terhadap pasukannya, agar ia bisa mengetahui siapa yang harus ia bunuh dalam pertempuran nanti. Tiba-tiba Arjuna dilanda pergolakan batin ketika ia melihat kakeknya, guru besarnya, saudara sepupu, teman sepermainan, ipar, dan kerabatnya yang lain berkumpul di Kurukshetra untuk melakukan pembantaian besar-besaran. Arjuna menjadi tak tega untuk membunuh mereka semua. Dilanda oleh masalah batin, antara mana yang benar dan mana yang salah, Arjuna bertekad untuk mengundurkan diri dari pertempuran.

Arjuna berkata:
“Kresna yang baik hati, setelah melihat kawan-kawan dan sanak keluarga di hadapan saya, dengan semangat untuk bertempur seperti itu, saya merasa anggota-anggota badan saya gemetar dan mulut saya terasa kering.....Kita akan dikuasai dosa jika membunuh penyerang seperti itu. Karena itu, tidak pantas kalau kita membunuh para putra Drestarastra dan kawan-kawan kita. O Kresna, suami Dewi Laksmi, apa keuntungannya bagi kita, dan bagaimana mungkin kita berbahagia dengan membunuh sanak keluarga kita sendiri?”


Melihat hal itu, Kresna yang mengetahui dengan baik segala ajaran agama Hindu, menguraikan ajaran-ajaran kebenaran agar semua keraguan di hati Arjuna sirna. Kresna menjelaskan, mana yang benar dan mana yang salah, mana yang sepantasnya dilakukan Arjuna sebagai kewajibannya di medan perang. Selain itu Kresna menunjukkan bentuk semestanya kepada Arjuna. Ajaran kebenaran yang dijabarkan Kresna tersebut dikenal sebagai Bhagawadgita, yang berarti "Nyanyian Tuhan". Kitab Bhagawad Gita yang sebenarnya merupakan suatu bagian dari Bhismaparwa, menjadi kitab tersendiri yang sangat terkenal dalam ajaran Hindu, karena dianggap merupakan intisari dari ajaran-ajaran Weda.

Arjuna dalam Bharatayuddha
Berkas:Abhimanyu Arjuna.jpg
Abimanyu dan Arjuna. Lukisan dari Maharashtra, dibuat sekitar abad ke-19.

Dalam pertempuran di Kurukshetra, atau Bharatayuddha, Arjuna bertarung dengan para kesatria hebat dari pihak Korawa, dan tidak jarang ia membunuh mereka, termasuk panglima besar pihak Korawa yaitu Bisma. Di awal pertempuran, Arjuna masih dibayangi oleh kasih sayang Bisma sehingga ia masih segan untuk membunuhnya.

Hal itu membuat Kresna marah berkali-kali, dan Arjuna berjanji bahwa kelak ia akan mengakhiri nyawa Bisma. Pada pertempuran di hari kesepuluh, Arjuna berhasil membunuh Bisma, dan usaha tersebut dilakukan atas bantuan dari Srikandi. Setelah Abimanyu putra Arjuna gugur pada hari ketiga belas, Arjuna bertarung dengan Jayadrata untuk membalas dendam atas kematian putranya. Pertarungan antara Arjuna dan Jayadrata diakhiri menjelang senja hari, dengan bantuan dari Kresna.

Pada pertempuran di hari ketujuh belas, Arjuna terlibat dalam duel sengit melawan Karna. Ketika panah Karna melesat menuju kepala Arjuna, Kresna menekan kereta Arjuna ke dalam tanah dengan kekuatan saktinya sehingga panah Karna meleset beberapa inci dari kepala Arjuna. Saat Arjuna menyerang Karna kembali, kereta Karna terperosok ke dalam lubang (karena sebuah kutukan).

Karna turun untuk mengangkat kembali keretanya yang terperosok. Salya, kusir keretanya, menolak untuk membantunya. Karena mematuhi etika peperangan, Arjuna menghentikan penyerangannya bila kereta Karna belum berhasil diangkat. Pada saat itulah Kresna mengingatkan Arjuna atas kematian Abimanyu, yang terbunuh dalam keadaan tanpa senjata dan tanpa kereta. Dilanda oleh pergolakan batin, Arjuna melepaskan panah Rudra yang mematikan ke kepala Karna. Senjata itu memenggal kepala Karna.

Kehidupan setelah Bharatayuddha
Berkas:Babhruvahana army.jpg
Babruwahana bertarung dengan pasukan Arjuna. Lukisan dari Maharashtra, dibuat sekitar abad ke-19.

Tak lama setelah Bharatayuddha berakhir, Yudistira diangkat menjadi Raja Kuru dengan pusat pemerintahan di Hastinapura. Untuk menengakkan dharma di seluruh Bharatawarsha, sekaligus menaklukkan para raja kejam dengan pemerintahan tiran, maka Yudistira menyelenggarakan Aswamedha Yadnya. Upacara tersebut dilakukan dengan melepaskan seekor kuda dan kuda itu diikuti oleh Arjuna beserta para prajurit. Daerah yang dilalui oleh kuda tersebut menjadi wilayah Kerajaan Kuru. Ketika Arjuna sampai di Manipura, ia bertemu dengan Babruwahana, putra Arjuna yang tidak pernah melihat wajah ayahnya semenjak kecil. Babruwahana bertarung dengan Arjuna, dan berhasil membunuhnya. Ketika Babruwahana mengetahui hal yang sebenarnya, ia sangat menyesal. Atas bantuan Ulupi dari negeri Naga, Arjuna hidup kembali.

Tiga puluh enam tahun setelah Bharatayuddha berakhir, Dinasti Yadu musnah di Prabhasatirtha karena perang saudara. Kresna dan Baladewa, yang konon merupakan kesatria paling sakti dalam dinasti tersebut, ikut tewas namun tidak dalam waktu yang bersamaan. Setelah berita kehancuran itu disampaikan oleh Daruka, Arjuna datang ke kerajaan Dwaraka untuk menjemput para wanita dan anak-anak. Sesampainya di Dwaraka, Arjuna melihat bahwa kota gemerlap tersebut telah sepi. Basudewa yang masih hidup, tampak terkulai lemas dan kemudian wafat di mata Arjuna. Sesuai dengan amanat yang ditinggalkan Kresna, Arjuna mengajak para wanita dan anak-anak untuk mengungsi ke Kurukshetra. Dalam perjalanan, mereka diserang oleh segerombolan perampok.

Arjuna berusaha untuk menghalau serbuan tersebut, namun kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Dengan sedikit pengungsi dan sisa harta yang masih bisa diselamatkan, Arjuna menyebar mereka di wilayah Kurukshetra.

Setelah Arjuna berhasil menjalankan misinya untuk menyelamatkan sisa penghuni Dwaraka, ia pergi menemui Resi Byasa demi memperoleh petunjuk. Arjuna mengadu kepada Byasa bahwa kekuatannya menghilang pada saat ia sangat membutuhkannya. Byasa yang bijaksana sadar bahwa itu semua adalah takdir Yang Maha Kuasa. Byasa menyarankan bahwa sudah selayaknya para Pandawa meninggalkan kehidupan duniawi. Setelah mendapat nasihat dari Byasa, para Pandawa spakat untuk melakukan perjalanan suci menjelajahi Bharatawarsha.


Perjalanan suci dan kematian
Perjalanan suci yang dilakukan oleh para Pandawa diceritakan dalam kitab Prasthanikaparwa atau Mahaprasthanikaparwa. Dalam perjalanan sucinya, para Pandawa dihadang oleh api yang sangat besar, yaitu Agni. Ia meminta Arjuna agar senjata Gandiwa beserta tabung anak panahnya yang tak pernah habis dikembalikan kepada Baruna, sebab tugas Nara sebagai Arjuna sudah berakhir di zaman Dwaparayuga tersebut. Dengan berat hati, Arjuna melemparkan senjata saktinya ke lautan, ke kediaman Baruna. Setelah itu, Agni lenyap dari hadapannya dan para Pandawa melanjutkan perjalanannya.

Ketika para Pandawa serta istrinya memilih untuk mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir perjalanan mereka, Arjuna gugur di tengah perjalanan setelah kematian Nakula, Sahadewa, dan Dropadi.


Arjuna di Nusantara
Berkas:Wayang Bali.jpg
Arjuna versi wayang Bali.
Di Nusantara, tokoh Arjuna juga dikenal dan sudah terkenal dari dahulu kala. Arjuna terutama menjadi populer di daerah Jawa, Bali, Madura, dan Lombok. Di Jawa dan kemudian di Bali, Arjuna menjadi tokoh utama dalam beberapa kakawin, seperti misalnya Kakawin Arjunawiwāha, Kakawin Pārthayajña, dan Kakawin Pārthāyana (juga dikenal dengan nama Kakawin Subhadrawiwāha. Selain itu Arjuna juga didapatkan dalam beberapa relief candi di pulau Jawa misalkan candi Surowono.







Arjuna dalam dunia pewayangan Jawa
Arjuna juga merupakan seorang tokoh ternama dalam dunia pewayangan dalam budaya Jawa Baru. Di bawah ini disajikan beberapa ciri khas yang mungkin berbeda dengan ciri khas Arjuna dalam kitab Mahābhārata versi India dengan bahasa Sanskerta.

Sifat dan kepribadian
Arjuna seorang kesatria yang gemar berkelana, bertapa dan berguru menuntut ilmu. Selain menjadi murid Resi Drona di Padepokan Sukalima, ia juga menjadi murid Resi Padmanaba dari Pertapaan Untarayana. Arjuna pernah menjadi brahmana di Goa Mintaraga, bergelar Bagawan Ciptaning. Ia dijadikan kesatria unggulan para dewa untuk membinasakan Prabu Niwatakawaca, raja raksasa dari negara Manimantaka. Atas jasanya itu, Arjuna dinobatkan sebagai raja di Kahyangan Dewa Indra, bergelar Prabu Karitin. dan mendapat anugrah pusaka-pusaka sakti dari para dewa, antara lain: Gendewa (dari Bhatara Indra), Panah Ardadadali (dari Bhatara Kuwera), Panah Cundamanik (dari Bhatara Narada).

Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Ia memimpin Kadipaten Madukara, dalam wilayah negara Amarta. Setelah perang Bharatayuddha, Arjuna menjadi raja di Negara Banakeling, bekas kerajaan Jayadrata. Akhir riwayat Arjuna diceritakan, ia moksa (mati sempurna) bersama keempat saudaranya yang lain di gunung Himalaya.

Ia adalah petarung tanpa tanding di medan laga, meski bertubuh ramping berparas rupawan sebagaimana seorang dara, berhati lembut meski berkemauan baja, kesatria dengan segudang istri dan kekasih meski mampu melakukan tapa yang paling berat, seorang kesatria dengan kesetiaan terhadap keluarga yang mendalam tapi kemudian mampu memaksa dirinya sendiri untuk membunuh saudara tirinya. Bagi generasi tua Jawa, dia adalah perwujudan lelaki seutuhnya.

Sangat berbeda dengan Yudistira, dia sangat menikmati hidup di dunia. Petualangan cintanya senantiasa memukau orang Jawa, tetapi secara aneh dia sepenuhnya berbeda dengan Don Juan yang selalu mengejar wanita. Konon Arjuna begitu halus dan tampan sosoknya sehingga para puteri begitu, juga para dayang, akan segera menawarkan diri mereka. Merekalah yang mendapat kehormatan, bukan Arjuna. Ia sangat berbeda dengan Wrekudara. Dia menampilkan keanggunan tubuh dan kelembutan hati yang begitu dihargai oleh orang Jawa berbagai generasi.

Pusaka
Berkas:Arjuna-kl.jpgBerkas:Arjun.JPG
Arjuna versi wayang Jawa.

Arjuna juga memiliki pusaka-pusaka sakti lainnya, atara lain: Keris Kiai Kalanadah diberikan pada Gatotkaca saat mempersunting Dewi Pergiwa (putra Arjuna), Panah Sangkali (dari Resi Drona), Panah Candranila, Panah Sirsha, Panah Kiai Sarotama, Panah Pasupati (dari Batara Guru), Panah Naracabala, Panah Ardhadhedhali, Keris Kiai Baruna, Keris Pulanggeni (diberikan pada Abimanyu), Terompet Dewanata, Cupu berisi minyak Jayengkaton (pemberian Bagawan Wilawuk dari pertapaan Pringcendani) dan Kuda Ciptawilaha dengan Cambuk Kiai Pamuk.

Sedangkan ajian yang dimiliki Arjuna antara lain: Panglimunan, Tunggengmaya, Sepiangin, Mayabumi, Pengasih dan Asmaragama. Arjuna juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu Kampuh atau Kain Limarsawo, Ikat Pinggang Limarkatanggi, Gelung Minangkara, Kalung Candrakanta dan Cincin Mustika Ampal (dahulunya milik Prabu Ekalaya, raja negara Paranggelung).

Istri dan keturunan
Dalam Mahabharata versi pewayangan Jawa, Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:

  • Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu;
  • Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra;
  • Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras;
  • Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan;
  • Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti;
  • Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka;
  • Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni;
  • Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga;
  • Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati;
  • Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma;
  • Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa;
  • Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada;
  • Dewi Maheswara;
  • Dewi Retno Kasimpar;
  • Dewi Dyah Sarimaya;
  • Dewi Srikandi.
Julukan HARJUNA
Dalam wiracarita Mahabharata versi nusantara, Arjuna banyak memiliki nama dan nama julukan, antara lain: Parta (pahlawan perang), Janaka (memiliki banyak istri), Pemadi (tampan), Dananjaya, Kumbaljali, Ciptaning Mintaraga (pendeta suci), Pandusiwi, Indratanaya (putra Batara Indra), Jahnawi (gesit trengginas), Palguna, Indrasuta, Danasmara (perayu ulung) dan Margana (suka menolong). "Begawan Mintaraga" adalah nama yang digunakan oleh Arjuna saat menjalani laku tapa di puncak Indrakila dalam rangka memperoleh senjata sakti dari dewata, yang akan digunakan dalam perang yang tak terhindarkan melawan musuh-musuhnya, yaitu keluarga Korawa.
Nama lain HARJUNA
Nama lain Arjuna di bawah ini merupakan nama lain Arjuna yang sering muncul dalam kitab-kitab Mahabharata atau Bhagawad Gita yang merupakan bagian daripadanya, dalam versi bahasa Sanskerta. Nama-nama lain di bawah ini memiliki makna yang sangat dalam, mengandung pujian, dan untuk menyatakan rasa kekeluargaan 
(nama-nama yang dicetak tebal dan miring merupakan sepuluh nama Arjuna).
  1. Anagha (Anaga, yang tak berdosa)
  2. Bhārata (Barata, keturunan Bhārata)
  3. Bhārataśreṣṭha (Barata-sresta, keturunan Bhārata yang terbaik)
  4. Bhāratasattama (Bharata-satama, keturunan Bhārata yang utama)
  5. Bhārataśabhā (Barata-saba, keturunan Bharata yang mulia)
  6. Dhanañjaya (perebut kekayaan)*
  7. Gandīvi (Gandiwi, pemilik Gandiwa, senjata panahnya)
  8. Gudakeśa (penakluk rasa kantuk, yang berambut halus)
  9. Jishnu (hebat ketika marah)*
  10. Kapidhwaja (yang memakai panji berlambang monyet)
  11. Kaunteya / Kuntīputra (putra Dewi Kunti)
  12. Kīrti (yang bermahkota indah)*
  13. Kurunandana (putra kesayangan dinasti Kuru)
  14. Kurupravīra (Kuru-prawira, perwira Kuru, ksatria dinasti Kuru yang terbaik)
  15. Kurusattama (Kuru-satama, keturunan dinasti Kuru yang utama)
  16. Kuruśṛṣṭha (Kuru-sresta, keturunan dinasti Kuru yang terbaik)
  17. Mahābāhu (Maha-bahu, yang berlengan perkasa)
  18. Pāṇḍava (Pandawa, putra Pandu)
  19. Parantapa (penakluk musuh)*
  20. Pārtha (keturunan Partha atau Dewi Kunti)*
  21. Phālguna (yang lahir saat bintang Uttara Phalguna muncul)*
  22. Puruṣaṛṣabhā (Purusa-rsaba, manusia terbaik)
  23. Sawyaśachī (Sawya-saci, yang mampu memanah dengan tangan kanan maupun kiri)*
  24. Śwetawāhana (Sweta-wahana, yang memiliki kuda berwarna putih)*
  25. Wibhatsu (yang bertarung dengan jujur)*
  26. Wijaya (yang selalu memenangkan setiap pertempuran)*
untuk download dalam vector