Suku Dani Papua Indonesia
Secara geografi Kabupaten Jayawijaya terletak antara 30.20 sampai 50.20′ Lintang Selatan serta 1370.19′ sampai 141 Bujur Timur. Batas-batas Daerah Kabupaten Jayawijaya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Yapen Waropen, Barat dengan Kabupaten Paniai, Selatan dengan Kabupaten Merauke dan Timur dengan perbatasan negara Papua New Guinea.
IKLIM
Jayawijaya beriklim tropic basah, hal ini dipengaruhi oleh letak ketinggian di permukaan laut dengan temperatur udara bervariasi antara 80-200Celcius dengan suhu rata-rata 17,50Celcius dengan hari hujan 152,42 hari pertahun tingkat kelembaban diatas 80%, angin berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata tertinggi 14 knot dan terendah 2,5 knot.
FLORA DAN FAUNA
Daerah ini terdapat banyak margasatwa yang aneh dan menarik yang hidup di tengah-tengah pepohonan tropis yang luas dan beraneka ragam pada gunung-gunung yang lebih tinggi. Hutan-hutan tropis memberi kesempatan bagi tumbuh-tumbuhan dan hutan-hutan Cemara, semak rhodedendronds dan species tanaman pakis yang dari anggrek yang sangat mengagumkan. Dekat daerah bersalju di puncak-puncak gunung terdapat lumut dan tanaman tundra. Hutan-hutan juga beraneka ragam jenis kayu yang sangat penting bagi perdagangan seperti intisia, pometis, callophylyum, drokontomiko, pterokorpus dan jajaran pohon berlumut yang jika diexploitasi dan diproses dapat menghasilkan harga yang sangat tinggi jika diperdagangkan. Hutan-hutan dan padang-padang rumput Jayawijaya merupakan tempat hidup kanguru, kuskus, kasuari dan banyak species dari burung endemic seperti burung Cenderawasih, mambruk, nuri bermacam-macam insect dan kupu-kupu yang beraneka ragam warna dan coraknya.
PENDUDUK
Penduduk asli yang mengalami Kabupaten Jayawijaya ini adalah Suku Dani, Kimyal dan Suku Jale. Selain penduduk asli, terdapat juga penduduk yang berasal dari daerah-daerah lain di Indonesia yang berada di Kabupaten Jayawijaya bekerja sebagai pegawai negeri, ABRI, Pengusaha, pedagang, transmigrasi dan sebagainya.
BUDAYA
Setiap daerah pasti punya ciri khas, begitu pula dengan penduduk Jayawijaya. Di kabupaten ini babi memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat. Babi merupakan prestise dan melambangkan status sosial seseorang. Tetapi babipun bisa menyebabkan pecahnya perang suku, dan binatang ini juga berperan sebagai mas kawin (uang mahar).
Di daerah ini masih banyak orang yang mengenakan “koteka” (penutup penis) yang terbuat dari kunden kuning dan para wanita menggunakan pakaian wah berasal dari rumput/serat dan tinggal di “Honai-honai” (gubuk yang beratapkan jerami/lalang).
Upacara-upacara besar dan keagamaan, perang suku masih dilaksanakan (walaupun tidak sebesar sebelumnya). Walaupun mereka menerima Agama Kristen, banyak diantara upacara-upacara mereka masih bercorak budaya lama yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Suku Dani percaya terhadap rekwasi. Seluruh upacara keagamaan diiringi dengan Nyanyian, tarian dan persembahan terhadap nenek moyang mereka. Upacara peperangan dan permusuhan biasanya melintasi daerah perbatasan, wanita, pencurian babi dan masalah-masalah kecil lainnya. Para prajurit memberi tanda juga terhadap mereka sendiri dengan babi lemak, kerang, bulu-bulu, kus-kus, sagu rekat, getah dari pohon mangga dan bunga-bungaan, mempersenjatai diri sendiri dengan; tombak, busur dan anak panah. Di dalam masyarakat Suku Dani jika salah seorang menjadi manusia buangan karena melanggar tabu, ia biasanya dihina/ diejek oleh warga yang lain pada pertemuan adat, ia harus membayar denda. Sambil mereka bekerja di ladang atau pergi berburu mereka bernyanyi expresi heroic atau kisah yang menyedihkan. Alunan suara dari lagu itu mendorong mereka dalam bekerja, alat-lat musik yang mengiringi lagu disebut “Pikon”. Sepanjang perjalanan berburu. “Pikon” diselipkan kedalam lubang yang besar dikuping telinga mereka. Dengan Pikon tanda isyarat dapat dikirim dengan berbagai suara yang berbeda selama berburu untuk memberi isyarat kepada teman atau lawan di dalam hutan. Berbeda warga memiliki suara Pikon, hanya dapat dikenal didalam suku mereka sendiri.
AGAMA
Penduduk di daerah Jayawijaya sebagian besar Pemeluk agama Kristen dan lainnya agama Islam, tetapi beberapa penduduk yang berada di tempat yang lebih terpencil di daerah bukit-bukit masih berpegang teguh kepada kepercayaan yang ditinggalkan oleh nenek moyang mereka.
TRANSPORTASI
Kabupaten Jayawijaya terhitung yang paling berada di pedalaman Papua maka sarana perhubungan yang ke ibukota Wamena dan kecamatan-kecamatan lainnya di daerah pedalaman Jayawijaya adalah lewat transportasi udara. Lapangan terbang yang utama terletak di kota Wamena dan memiliki jalur rutin yang setiap hari didarati dengan pesawat terbang seperti Merpati Airlines, Trigana Airlines, dan beberapa jenis pesawat setiap hari 3-4 kali penerbangan dari Jayapura (Airport Sentani) pulang pergi. Beberapa kota kecamatan di daerah ini dihubungkan dengan jalan darat dan ada kendaraan seperti taksi-taksi umum yang beroperasi bahkan beberapa mini bus yang diperuntukkan bagi kepentingan para wisatawan.
TEMPAT-TEMPAT MENARIK
DEMONTRASI PERANG-PERANGAN
Demontrasi perang-perangan ini bercorak budaya yang diturunkan dari nenek moyang mereka dan ini menunjukkan bahwa perang suku yang terjadi antara suku-suku di Wamena disebabkan karena suku yang satu dianggap melanggar masuk batas daerah kekuasaan suku yang lain atau karena masalah perempuan juga masalah babi dan masalah-masalah kecil lainnya.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicssDzsfJxYVbM7P4Kv5bkrT4guTnBa2e2MTTU8xGesKQi1wih1EA6E6feM8AhGoqIq4anh8IdH8JTX0tLzXVc4JBXMQ18pbXZKNpzDqL5N6C-ChilMaZM9a-8NGzo-_i5fL7LxAYpoJs/s1600/wa6.jpg)
JEMBATAN GANTUNG KALI BALIEM
Patung Hukuiarek dijadikan sebagai patung perdamaian. Hukumiarek adalah nama salah satu Kepala Suku di Wamena yang menjadi korban akibat perang suku. Patung ini dibangun untuk mengingatkan kepada masyarakat Wamena agar tidak terjadi lagi perang suku antara sesama suku serta memohon untuk senantiasa menjaga dan memelihara perdamaian.
MUSEUM PILAMO
Museum ini dibangun oleh pemerintahan daerah Kabupaten Jayawijaya untuk menyimpan benda-benda budaya seperti; alat- alat perang dari suku-suku di Wamena yang disebut Awarek dan benda-benda lainnya. Pilamo dibangun dengan bentuk tradisional (benuk honay) di Desa Wesaput tidak jauh dari kota Wamena dan dapat dijangkau dengan semua jenis kendaraan.
RUMAH TRADISIONAL
Sebuah kota terbentuk secara alami, terdapat stalaknit dan stalaktif dan di bagian dalamnya terdapat aliran anak sungai, berlokasi kurang lebih 22 km dari Kota Wamena dan dapat dicapai dengan semua jenis kendaraan.
0 comments:
Post a Comment